Pesan Nasi Tumpeng Pulo Gadung Jakarta Timur – Seperti tidak pernah ada habisnya membahas nasi tumpeng. Nasi yang sangat identik dengan ritual atau syarat pada event-event khusus ini juga ternyata memiliki filosofi tersendiri dalam pembuatan dan penyusunannya.
Bahkan nama tumpeng juga memiliki filosofi tersendiri. Kata tumpeng berasal dari kata “tumungkula sing mempeng” yang bermakna manusia jika ingin selamat maka ia harus rajin untuk berdoa dan patuh pada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-Nya.
Tidak hanya namanya saja, tetapi isi tumpeng juga memiliki nilai dan filosofi tersendiri dimana isi tumpeng ini melambangkan isi dari semesta alam, yang bermakna bahwa kita menjaga an melestarikan alam, maka hasil bumi akan mudah di dapat melimpah. Setiap apapun yang dalam dalam susunan nasi tumpeg juga memiliki makna tersendiri seperti misalnya nasi yang berbentuk kerucut menyiratkan bahkan semakin hari jiwa dan raga manusia haruslah semakin dekat dengan Tuhan.
Pesan Nasi Tumpeng Pulo Gadung Jakarta Timur
Pesan Nasi Tumpeng Pulo Gadung Jakarta Timur – Tidak hanya nasi dan bentuknya saja, tetapi juga lauk pauk yang melengkapi nasi tumpeng syukuran Jakarta. Misalnya saja ayam Goreng yang hampir tidak pernah terlewat dalam nasi tumpng. bilamana seorang manusia sedang diuji oleh Tuhan, maka ia harus instropeksi diri dan segera bertaubat.
Sedangkan lauk yang juga wajib dan harus ada dalam nasi tumpeng yakni urap nai berbagai daun-daunan berarti bahwa manusia harus selalu ingat dari mana ia berasal, apa saja yang dilakukan semasa hidup dan kemana ia setelah mati. Selain elemen-elemen tersebut masih banyak bagian lain yang ada dalam sebuah susunan nasi tumpeng yang masing-masing juga memiliki makna tersendiri.
Dalamanya filosofi dari nasi tumpeng itu sendiri seharusnya membuat Anda lebih berhati-hati dalam membuat nasi tumpeng agar makna yang tersirat sesuai dengan apa yang menjdi filosofi sebuah nasi tumpeng dan tidak menyimpang. Bagian atas tumpeng melambangkan Tuhan dan bagian bawah melambangkan kawula-Nya, sehingga tumpeng itu juga adalah simbol dari penyatuan Tuhan dan hamba-Nya atau dalam bahasa Jawa disebut “manunggaling kawula Gusti“. Sehingga jika tumpeng itu dipotong bagian atasnya secara horizontal maka terputuslah penyatuan antara Tuhan dan hamba-Nya.